Menyatukan persepsi memang bukanlah hal yang bijak. Setiap manusia memiliki cara pandang tersendiri sehingga muncul persepsi yang berbeda-beda. Bijaksana atau tidaknya anggapan masyarakat atas cara pandang seseorang atau sekelompok, tergantung banyak hal.
Namun untuk hal penanganan reptil terutama jenis ular, ada beberapa pandangan yang kerap muncul, dan sebaiknya memang diketahui publik. Pandangan pertama, dari sisi paling awam, yakni bahwa ular adalah binatang yang berbahaya karena mengancam kehidupan manusia. Ini adalah sisi dari masyarakat yang membutuhkan edukasi tentang karakter dan sifat ular.
Bahwa tak semua ular memiliki bisa (venom) yang mematikan seperti ular sendok (Naja sp.), raja tedung (Ophiophagus hannah), taipan (Oxyuranus sp.), beludak, dan lainnya. "Juga belum tentu semua akan menyerang manusia bila bertemu," ungkap Ketua Exalos Indonesia Janu W. Widodo.
Pandangan kedua, dari sisi konservasi. Ular merupakan salah satu dari hewan yang berperan penting dalam siklus rantai makanan. Keberadaannya diperlukan untuk menyeimbangkan kehidupan. Maka bila terjadi salah masuk habitat seperti ular yang merangsek ke pemukiman penduduk, di golongan ini, mereka akan melakukan aksi pelepasliaran supaya tidak terjadi pembantaian seperti pada golongan pertama.
Pandangan ketiga adalah dari sisi religi, khususnya di Indonesia ini, yang mayoritas beragama Islam. Mengacu pada isi salah satu hadits Nabi Muhammad SAW ini :
“Bunuhlah ular-ular dan dza ath thufyatain dan al abtar (nama dari dua jenis ular berbisa) karena keduanya membutakan pandangan dan menggugurkan kandungan”. (HR. Muslim)
Maka Exalos Indonesia merasa perlu untuk menelaah sedikit lebih jauh tentang hal tersebut. Salah satu Arsitek Pertamanan dari IPB University Faries Fahdil yang juga praktisi spiritual lingkungan mengungkapkan, memang isi hadits memerintahkan untuk membunuh ular. Tapi Faries menjelaskan lebih lanjut, agar jangan juga disalahartikan secara umum. "Maksudnya adalah kalau ada ular di dalam rumah, jangan gegabah asal bunuh. Pun jika ada ular di dalam rumah," ungkap Faries.
Faries Fadhil |
Lalu bagaimana? "Maka lakukan upaya pengusiran sebanyak tiga kali, dengan menyebut nama Allah. Diantara teknik pengusirannya bisa dengan rescue (melepasliarkan)," ungkapnya. Mengapa caranya begitu? Faries kemudian menjelaskan, Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta, menciptakan mahluk dalam dua jenis, yaitu nyata (kasat mata) dan halus. Diantara beberapa mahluk halus, ada yang memang dijinkan oleh Allah untuk bisa berwujud seperti hewan, yakni bangsa jin. Dan perwujudannya, salah satunya seperti ular.
"Dikhawatirkan jika asal bunuh, ternyata itu bukan ular, melainkan jin yang sedang berubah wujud," tuturnya. Jika memang ular tersebut -setelah diusir, tidak balik lagi, maka bisa jadi ular itu adalah jin yang sedang berwujud hewan. Tapi kenapa kok iseng banget ya? Jin mewujudkan diri menjadi ular? Apa tujuannya? "Pasti ada tujuannya, hanya Tuhan yang tahu," tukas Faries. "Tapi kalau ularnya berbisa, memang lebih baik dibunuh langsung daripada mematikan manusia yang ada di sekitarnya."
Namun yang pasti, ular sebagai mahluk yang memiliki indera super sensitif, Faries menyarankan agar rajin di mengepel lantai rumah dengan menebar wewangian atau menebar kapur barus di pojokan rumah. Maka ular pun tidak akan mau masuk ke dalam rumah.
0 Comments