Cukup sudah nyawa para pemerhati satwa dan lingkungan yang melayang begitu saja, akibat kurangnya kewaspadaan dan antisipasi. Ketua Exalos Indonesia, Koptu (Inf.) Janu W. Widodo, menyatakan 'perang' terhadap ketidaktahuan dan sikap kurang siaga para relawan evakuasi satwa liar, terutama mereka yang menangani ular berbisa.


Sebelumnya, Exalos Indonesia menyatakan keprihatinannya atas banyaknya laporan korban jiwa yang diterima -yang bahkan nyaris seimbang dengan angka kematian akibat kasus penyakit kanker. Korban jiwa tersebut memang banyak didominasi oleh masyarakat awam yang tidak tahu dan belum memahami karakter ular berbisa.

Beberapa penghobi satwa liar, kerap mencoba menunjukkan aksi atraktif yang tujuanya untuk menghibur diri serta penonton. Namun ujung dari atraksi tersebut malah kejadian nahas. Mereka digigit oleh ular yang dipelihara sendiri dan yang selama ini dijadikan teman mainnya. Belum lagi masyarakat umum yang mencoba menangani ular berbisa yang merangsek ke kawasan pemukiman, tanpa pengetahuan mendasar tentang ular.




Bila masyarakat umum adalah mereka yang belum tersentuh edukasi, sebaliknya, kejadian fatal juga ikut menimpa orang-orang yang justru aktif memberikan edukasi. Beberapa kasus fatal yang terjadi baru-baru ini adalah seorang YouTube-ers bernama Alprih Priyono yang harus meregang nyawanya akibat digigit ular jenis raja tedung atau King Cobra (Ophiophagus hannah) saat usai menonton Piala Dunia 2022 lalu.

Beberapa bulan kemudian Ketua Yayasan Sioux Indonesia, Aji Rachmat Purwanto, harus menghadap Yang Maha Kuasa lantaran tergigit oleh jenis ular yang sama membunuh Alprih. Maka dari kejadian demi kejadian tersebut, Janu Widodo berinisiatif mengumpulkan seluruh bahan-bahan edukasi tim Exalos Indonesia dalam hal penanganan ular berbisa, dari mulai hal teknis hingga yang prinsipil, dan kemudian dibukukan.


Lebih dahsyat

Adapun buku yang tersebut diberi judul "Penanganan Ular" yang akan dirilis pada awal pekan Juni 2023. "Buku tersebut telah selesai dan akan kami rilis secara resmi, pekan depan," ungkap Janu sebagai penulis buku. Sedangkan penyunting buku tersebut, Janu memilih seorang penulis freelance internasional, Angiola Harry, yang saat ini adalah penulis untuk Marker Content yang berkantor di Arizona, Amerika Serikat.

Menurut Angiola, setelah menyunting buku "Penanganan Ular" tersebut, banyak hal penting yang didapat. Selain bermanfaat, buku tersebut juga bisa menekan potensi jatuhnya korban jiwa akibat awamnya seseorang akan #ular yang kini semakin sering berkonflik dengan manusia. "Dibandingkan buku pertama, buku kedua ini lebih dahsyat informasinya," tutur Angiola yang juga tergabung dalam IAPWE (International Association of Professional Writers and Editors).

Exalos Indonesia adalah organisasi penyelamatan satwa dan pecinta alam, yang senantiasa memutakhirkan teknik-teknik penanganan ular yang aman dan ramah lingkungan. "Kami menyusun cara-cara penanganan ular yang didapat di lapangan, dalam buku ini," jelas Janu.